Arsip

All posts for the month Juli, 2012

9 Hukum Dasar Stratigrafi

Published Juli 26, 2012 by gaulnugraha

Hukum – Hukum Dasar Stratigrafi

Tujuan utama semua hukum stratigrafi adalah untuk penentuan umur relatif, yaitu untuk memperkirakan batuan mana yang terbentuk lebih dulu dan batuan mana yang terbentuk terakhir. Juga penentuan umur absolutkapan tepatnya batuan itu terbentuk?”. Ini bisa diketahui melalui metode radiometri/datting dengan mengukur kadar unsur radioaktif batuan sehingga diketahui umur batuan secara tepat. Hukum-hukum stratigrafi tersebut yaitu:

  • Hukum Superposisi (Steno, 1669)
  • Hukum Horizontalitas (Steno, 1669)
  • Original Continuity (Steno, 1669)
  • Uniformitarianism (Hutton, 1785)
  • Faunal Succession (Abble Giraud-Soulavie, 1778)
  • Strata Identified by Fossils (Smith, 1816)
  • Facies Sedimenter (Selley, 1978)
  • Cross-Cutting Relationship
  • Law Of Inclusion

1.      Hukum Superposisi (Nicolas Steno,1669)

Dalam suatu urutan perlapisan batuan, maka lapisan batuan yang terletak di bawah umurnya relatif lebih tua dibanding lapisan diatasnya selama lapisan batuan tersebut belum mengalami deformasi.

2.      Hukum Horizontalitas (Nicolas Steno,1669)

Pada awal proses sedimentasi, sebelum terkena gaya atau perubahan, sedimen terendapkan secara horizontal

3.      Original Continuity (Nicolas Steno,1669)

Batuan sedimen melampar dalam area yang luas di permukaan bumi.

4.      Uniformitarianism (James Hutton, 1785)

Uniformitarianisme adalah peristiwa yang terjadi pada masa geologi lampau dikontrol oleh hukum-hukum alam yang mengendalikan peristiwa pada masa kini.  Hukum ini lebih dikenal dengan semboyannya yaitu “The Present is the key to the past.” Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau.

5.      Faunal Succession (Abble Giraud-Soulavie, 1778)

Pada setiap lapisan yang berbeda umur geologinya akan ditemukan fosil yang berbeda pula. Secara sederhana bisa juga dikatakan Fosil yang berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan atasnya.Fosil yang hidup pada masa sebelumnya akan digantikan (tertindih) dengan fosil yang ada sesudahnya, dengan kenampakan fisik yang berbeda (karena evolusi). Perbedaan fosil ini bisa dijadikan sebagai pembatas satuan formasi dalam lithostratigrafi atau dalam koreksi stratigrafi.

6.      Strata Identified by Fossils (Smith, 1816)

Perlapisan batuan dapat dibedakan satu dengan yang lain dengan melihat kandungan fosilnya yang khas

7.      Facies Sedimenter (Selley, 1978)

Suatu kelompok litologi dengan ciri-ciri yang khas yang merupakan hasil dari suatu lingkungan pengendapan yang tertentu. Aspek fisik, kimia atau biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu. Dua tubuh batuan yang diendapakan pada waktu yang sama dikatakan berbeda fsies apabila kedua batuan tersebut berbeda fisik, kimia atau biologi (S.S.I.)

8.      Cross-Cutting Relationship (A.W.R Potter & H. Robinson)

Apabila terdapat penyebaran lap. Batuan (satuan lapisan batuan), dimana salah satu dari lapisan tersebut memotong lapisan yang lain, maka satuan batuan yang memotong umurnya relatif lebih muda dari pada satuan batuan yang di potongnya.

9.      Law of Inclusion

Inklusi terjadi bila magma bergerak keatas menembus kerak, menelan fragmen2 besar disekitarnya yang tetap sebagai inklusi asing yang tidak meleleh. Jadi jika ada fragmen batuan yang terinklusi dalam suatu perlapisan batuan, maka perlapisan batuan itu terbentuk setelah fragmen batuan. Dengan kata lain batuan/lapisan batuan yang mengandung fragmen inklusi, lebih muda dari batuan/lapisan batuan yang menghasilkan fragmen tersebut.

Ametabola,Heterometabola & Holometabola

Published Juli 25, 2012 by gaulnugraha

Ametabola, Heterometabola, Holometabola

  1. Ametabola adalah serangga yang tidak mengalami metamorfosis, contohnya adalah kutu buku (Lepisma)
  2. Heterometabola adalah serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna, pada serangga ini mengalami beberapa tahapan yaitu, telur,
    nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
    kemudian Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.
  3. Holometabola merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa – imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan.

MOSQUITO MILITARY AIRCRAFT

Published Juli 25, 2012 by gaulnugraha

MOSQUITO MILITARY AIRCRAFT

 

Nyamuk adalah serangga dari ordo diptera yang telah hidup 30 juta tahun yang lalu. Melalui proses adaptasi dan belajar yang cukup lama ini maka kemampuan untuk menemukan mangsanya (inang) tidak diragukan lagi. Alat-alat sensorisnya telah dikhususkan untuk dapat menemukan inang. Sensor yang dapat dideteksi berupa :

  • Sensor kimia

Nyamuk dapat merasakan keberadaan karbon dioksida (CO2­­­­) dan asam laktat dari radius 100 feet atau 36 meter ( salah satu metode traping nyamuk dewasa adalah dengan menggunakan atraktan berupa gas CO2). Secara alami mammalia dan aves dalam proses respirasinya menghasilkan gas CO2. Selain itu bau keringat juga dapat menarik perhatian nyamuk, sehingga orang yang tidak banyak keringat cenderung jarang ditusuk dan dihisap oleh nyamuk.

  • Sensor visual

Nyamuk mampu mendeteksi mangsanya secara visual dengan melihat warna tubuhnya atau pakaiannya. Pakaian yang berwarna kontras dengan latar lingkungannya, dianggap nyamuk sebagai targetnya. Seperti pada vampir (mayat hidup penghisap darah), motto nyamuk dalam menemukan mangsanya adalah apapun yang bergerak pasti hidup dan mengandung darah. ( so hati-hati dengan KSE’ers yang motonya “Bergerak Tanpa Batas” pasti mudah ditemukan nyamuk)

  • Sensor panas

Nyamuk dapat mendeteksi panas, sehingga sangat mudah sekali menemukan inang yang bersifat homoioterm seperti mammal dan aves pada keadaan gelap.

Keberadaan alat sensor ini menimbulkan anggapan bahwa nyamuk lebih mirip pesawat militer dibandingkan dengan seekor serangga. Hal ini juga didukung dengan morfologi dari nyamuk itu sendiri, pada bagian anterior tubuhnya merupakan bagian navigator dengan keberadaan alat-alat sensoris dan terdapat pula alat penusuk dan penghisap. Pada bagian tengah tubuhnya adalah thoraks dengan sepasang sayap terbangnya. Pada bagian posterior adalah abdomen yang merupakan tempat terjadinya berbagai aktivitas metabolisme yang menghasilkan energi layaknya sebagai mesin.

 

Low Profile,Antara Fakta dengan Realita

Published Juli 24, 2012 by gaulnugraha

         Ada istilah yang sering digunakan dalam pergaulan yakni low profile.Sebutan ini sering ditujukan pada seseorang yang sebenarnya potensial namun tidak mau menonjolkan diri di hadapan publik. Karena pembawaannya, orang yang low profile umumnya rendah hati. Hampir-hampir selalu menghindari berdebat keras di depan umum. Atau ekstremnya tidak banyak ngomong. Namun bukan berarti introvert. Di dunia organisasi kalau toh orang itu punya gagasan selalu disampaikan lewat atasannya. Sifat itu berkaitan dengan kultur, sifat bawaan orang bersangkutan, dan bisa berkait dengan perekayasaan yakni semacam aturan tertulis dan konvensi.

         Tidak jarang seseorang, misalnya yang memiliki kedudukan wakil direktur (wa-dir) dihadapkan pada kesulitan ketika akan menyampaikan gagasan dalam suatu rapat manajemen. Kesulitan ini berkaitan dengan semacam “tatakrama” dalam hal tutur kata dan hirarki jabatan. Ada semacam aturan tidak tertulis atau konvensi ketika atasan hadir dalam rapat tersebut sebaiknya wakilnya jangan proaktif banyak bicara. Kecuali dimintai atau diberi kesempatan berpendapat. Termasuk juga ketika ada “obrolan yang melibatkan para direksi dan wa-dir. Ada semacam konvensi, sang wa-dir sebaiknya low profile karena “khawatir” atasannya merasa tersinggung dan wibawanya turun. Belum lagi ada pertanyaan menggoda kalau wa-dir proaktif bicara dan bekerja ; lalu mana yang sebenarnyareal direktur? Apakah sang direktur atau wakilnya?

         Sifat low profile seseorang sering dihadapkan pada keputusan dilematis. Hal ini kalau low profile itu diposisikan sebagai hasil suatu rekayasa aturan. Ambil contoh saja, di satu sisi sang direktur jarang bicara dan kalau pun bicara tetapi mutunya rendah. Dan cenderung tidak bersemangat menerima gagasan dari wakilnya. Sementara di sisi lain wakilnya jauh lebih cerdas. Namun karena bersifat low profile yang artifisial maka gagasannya berhenti hanya di dalam hati saja. Padahal untuk menghadapi beberapa hal yang mendesak dan strategis, keputusan cemerlang perlu segera diambil. Bisa ditebak apa akibatnya bagi pengembangan unit yang dipimpin direksi bersangkutan.

          Dalam dunia usaha yang beroperasi semakin mengglobal maka dibutuhkan terobosan-terobosan cemerlang. Terobosan itu lahir melalui proses manajemen perubahan. Di dalamnya ada kegiatan diskusi intensif di antara para manajemen dan karyawan. Dalam model manajemen kemitraan (partnership) siapapun didorong untuk mengemukakan pendapat. Begitu pula kalau perusahaan sudah menjadi organisasi pembelajaran. Perusahaan mengembangkan transparansi, akuntabilitas, dan pelatihan-pengembangan diri di kalangan karyawan (manajemen dan non-manajemen). Karena itu perilaku low profile yang direkayasa manajemen puncak sudah ketinggalan zaman. Model itu akan menghambat perkembangan inisiatif, kreatifitas, dan daya inovasi manajemen dari para subordinasi. Biarkanlah mereka secara terbuka dan khusus langsung ke atasan dan sesama mitra kerja untuk menyampaikan semua gagasannya.

         Namun di sisi lain sifat bawaan low profile yang mencerminkan kerendahan hati dan tidak menonjolkan diri sangatlah dibutuhkan perusahaan. Itu penting sebagai modal integritas pribadi karyawan dalam meningkatkan pengembangan diri sendiri. Termasuk pengembangan hubungan kerja dan sosial yang saling mengerti dengan mitra kerja dan dengan atasan. Selain itu sebagai pekerja keras dan cerdas, salah satu ciri seorang karyawan  yang baik adalah low profile. Malah konon sebagian khalayak berujar, biarkan saja seseorang itu bersifat low profile asalkan high bonafide.

Isolasi Bakteri Anaerob

Published Juli 23, 2012 by gaulnugraha

ISOLASI BAKTERI ANAEROB

Pendahuluan

Bakteri anaerob adalah jenis bakteri yang hanya mampu hidup pada kondisi tidak ada oksigen. Bakteri akan mati bila terkena oksigen karena oksigen menjadi toksik bagi bakteri ini. Habitat dari bakteri anaerob berada di dalam saluran pencernaan (Escherichia coli) atau di bawah permukaan tanah (Paracoccus) (Black 1999).

Bakteri tanah adalah jenis bakteri yang dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian berdasarkan sumber makanan  yaitu : bakteri autotrof atau bakteri litotrof yang mampu menghasilkan makanan sendiri seperti bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas), bakteri denitrifikasi (Paracoccus denitrificans), bakteri pengoksidasi belerang (Thiobacillus tepidarius), dan bakteri pereduksi sulfat (Desulfovibrio). Berdasarkan sumber energi, bakteri dibedakan menjadi bakteri fotoautotrof yang mampu menghasilkan makanan sendiri dengan cahaya matahari sebagai sumber energi dan bakteri kemoautorof yang mampu menghasilkan makanan dengan oksidasi bahan organik sebagai sumber energinya (Purwoko 2009).

Respirasi anaerob yang umum dipelajari terjadi pada Escherichia coli yang mampu melakukan respirasi ketika ada nitrat atau fumarat sebagai akseptor elektron. Hal itu terjadi karena oksigen menghambat (represi) sintesis nitrat reduktase atau fumarat reduktase. Jika E. coli menyintesis nitrat reduktase, nitrat reduktase akan menghambat sintesis fumarat reduktase. Jadi ada hierarki sitokrom pada respirasi E.coli yaitu dari sitokrom bo ke sitokrom bd (respirasi aerob) ke nitrat reduktase dan fumarat reduktase (respirasi anaerob) (Purwoko 2009)..

Amilum adalah polisakarida yang disusun dari banyak glukosa. Adanya enzim amilase pada bakteri mempermudah bakteri menghidrolisis amilum menjadi monomer glukosa yang nantinya akan digunakan dalam reaksi siklus kreb untuk mendapatkan fumarat sebagai salah satu akseptor elektron bakteri anaerob (Meryandini et al. 2009).

Tujuan

Mengisolasi bakteri dari lingkungan anaerob (di bawah permukaan tanah) yang memiliki enzim ekstraseluler (amilase).

 

Pembahasan

Bakteri anaerob adalah bakteri yang hanya mampu hidup pada lingkungan tidak ada oksigen karena pada bakteri ini oksigen bersifat toksik (racun) yang dapat membuat bakteri mati (Suriawiria 2005). Kemampuan bakteri anaerob hidup dalam suasana non-oksik membuat bakteri ini menggunakan akseptor elektron selain oksigen (nitrat atau fumarat) untuk dapat menghasilkan energi dan melangsungkan proses metabolisme (Purwoko 1999). Proses metabolisme ini melibatkan enzim-enzim ekstraseluler yaitu enzim yang dihasilkan dari luar sel bakteri seperti enzim amilase yang menghidrolisis amilum menjadi monomer glukosa. Glukosa yang diperoleh akan digunakan sebagai sumber karbon setelah melalui proses siklus krebs dengan pengonversian glukosa menjadi fumarat (Meryandini et al. 2009).

Bakteri anaerob diisolasi dari tanah yang diambil dari 10 cm di bawah permukaan tanah. Pengambilan dengan jarak ini dilakukan dengan asumsi tanah yang diambil berada di zona non-oksik (tidak ada oksigen). Proses percobaan dilakukan selama satu minggu meliputi proses isolasi pada dua pengenceran (10-1 dan 10-2), uji kekeruhan dan bau, uji metilen biru, dan pengujian zona bening. Media yang digunakan adalah media amilam dengan kandungan amilum sebagai sumber karbon bakteri. Penggunaan media ini untuk mengetahui reaksi enzimatik amilase bakteri sebagai enzim ekstraseluler yaitu enzim yang dihasilkan di luar sel tubuh bakteri. Proses penumbuhan bakteri dilakukan di dalam anaerob jar yaitu alat kedap udara (bebas oksigen) yang memiliki kandungan karbon dioksida dan hidrogen yang dapat memacu pertumbuhan optimal bakteri. Karena selain bebas oksigen, bakteri membutuhkan karbon dioksida dengan kadar 8-10% sebagai sumber karbon dan hidrogen sebagai sumber proton yang digunakan untuk menghasilkan energi (Suhardi & Indriani 2008).

Hasil yang diperoleh meliputi kekeruhan isolat, bau isolat, uji metilen biru, dan luas zona bening. Isolat yang memiliki tingkat kekeruhan dan bau tertinggi berada pada pengenceran 10-1. Hal ini disebabkan pada pengenceran 10-1 jumlah bakteri yang pada pada medium lebih banyak dibandingkan dengan pengenceran 10-2 sehingga aktivitas bakteri dalam bermetabolisme dan menghasilkan zat sisa metabolisme lebih besar. Metilen biru digunakan sebagai indikator kandungan glukosa pada media. Uji metilen biru yang dilakukan memperlihatkan warna putih pada dasar tabung yang menunjukkan adanya reaksi enzimatik amilase dalam menghidrolisis amilum menjadi glukosa. Glukosa yang dihasilkan akan memasuki proses siklus krebs (respirasi anaerob) dan diubah menjadi fumarat. Pembentukan fumarat dikatalis oleh enzim fumarat reduktase. Fumarat yang terbentuk digunakan sebagai akseptor elektron untuk menghasilkan energi dari proses metabolisme bakteri (Purwoko 2009). Luas zona bening dilakukan dengan menyebarkan iodin (indikator pati) pada cawan. Luas zona bening paling luas dihasilkan dari pengenceran 10-2 yakni sebesar 8,86 cm2. Jumlah bakteri yang tumbuh pada pengenceran 10-2 tidak sebanyak pada pengenceran 10-1 sehingga ruang tumbuh bakteri menjadi lebih luas dan persaingan dalam memperoleh sumber karbon media tidak terlalu tinggi dan zona bening yang terbentuk luas (Kusmiati & Dodi 2003).

Bakteri tanah adalah jenis bakteri yang dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian berdasarkan sumber makanan  yaitu : bakteri autotrof atau bakteri litotrof yang mampu menghasilkan makanan sendiri seperti bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas), bakteri denitrifikasi (Paracoccus denitrificans), bakteri pengoksidasi belerang (Thiobacillus tepidarius), dan bakteri pereduksi sulfat (Desulfovibrio). Berdasarkan sumber energi, bakteri dibedakan menjadi bakteri fotoautotrof yang mampu menghasilkan makanan sendiri dengan cahaya matahari sebagai sumber energi; dan bakteri kemoautorof yang mampu menghasilkan makanan dengan oksidasi bahan organik sebagai sumber energinya (Purwoko 2009).

 

Simpulan

Bakteri anaerob adalah bakteri yang hanya mampu hidup pada kondisi tidak ada oksigen. Bakteri anaerob menggunakan enzim amilase untuk memecah sumber karbon amilum menjadi glukosa. Glukosa yang dihasilkan dikonversi menjadi fumarat (akseptor elektron) untuk menghasilkan energi bakteri. Salah satu habitat bakteri anaerob adalah tanah. Bakteri anaerob yang hidup di dalam tanah adalah bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas), bakteri denitrifikasi (Paracoccus denitrificans), bakteri pengoksidasi belerang (Thiobacillus tepidarius), dan bakteri pereduksi sulfat (Desulfovibrio).